Rabu, 26 September 2012

Menikmati setiap detik di jaman yang serba cepat




            Cepat, cepat dan cepat, setiap orang ingin segala sesuatunya Itersaji dengan cepat. Apakah itu salah? Memang, kebutuhan saat ini tidak bisa dibandingkan dengan periode zaman sebelumnya, karena setiap zaman atau era mempunyai komplektisitas masalah dan kebutuhan yang jelas berbeda. Dan sebenarnya, apa yang manusia cari? Mengapa manusia pengen yang instan? Dan apa yang didapat dari semuanya itu?
            Manusia dianugerahi olah Yang Maha Kuasa waktu 24 jam dalam sehari untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dan benar, waktu sudah termanfaatkan, bangun pukul tujuh, ke kantor pukul sembilan, pulang pukul enam ya kalau tidak lembur, lalu santai sampai pukul Sembilan lalu tidur lagi. Begitu berulang-ulang kegiatan yang sama bagaikan suatu lingkaran kehidupan yang hanya itu itu saja. Sehingga dalam kegiatan kita yang padat, segala sesuatu dilakukan agar semua berjalan lancar tanpa menyadari apa arti sebenarnya dari segala kesibukan ini. Semakin lama semakin terseret oleh arus kebutuhan zaman yang tak ada habisnya. Apalah arti rumah mewah, harta berlimpah namun tidak merasa tenang, tidak merasa bahagia? Sungguh kesia-siaan belaka. Kita seakan-akan berlari mengejar sesuatu yang kita yakini menjanjikan kehidupan yang membahagiakan dan penuh kedamaian. Namun kenyataanya kita akan kecewa, karena kita hanya mengejar hal yang tak pasti. Kita hanya berlari menghadap kedepan tanpa mengamati, menikmati ‘bunga-bunga yang tumbuh di sepanjang jalan yang kita lewati’. Karena bukan uang yang bisa menenagkan hati, namun ketenangan batin dan kebahagiaan.
Dari ilustrasi tersebut hendaknya kita sampai pada dasar pemikiran bahwa, semua pekerjaan semua kesibukan hendaknya semakin mendekatkan kita pada yang Ilahi, dimana kebahagiaan bersumber dari pada-Nya dan tercermin dalam segala pengalaman kecil yang bertaburan di kehidupan kita. Namun masalhnya kita masih belum bisa menemukannya, karena kita hanya berlari berlari dan berlari. Dia menunggu kita menyambut-Dia dalam pengalaman kita sehari hari.

Kamis, 23 Agustus 2012

KEMAHAKUASAAN ALLAH TERBATAS?



           Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang mulia. Karena mereka diciptakan menurut rupa dan citra Allah. Manusia juga diberi kehendak bebas untuk melakukan segala sesuatu, yang baik maupun yang jahat. Tetapi, bagaimana Allah mengetahui masa depan manusia? Padahal manusia diberi kehendak bebas untuk memilih, dan apabila ia sudah memilih suatu jalan, pastilah ada pilihan lain di dalam jalan itu dan akan semakin rumit karena disetiap waktu dan disetiap tempat, manusia pasti akan dihadapkan suatu keputusan yangt mengharuskannya untuk memilih. Dan dengan adanya kehendak bebas, Apakah Allah tahu apa yang akan manusia perbuat? Jikalau Allah tidak tahu, Apakah Kemahakuasaan Allah terbatasi oleh kehendak bebas yang dimiliki manusia?
            Pada awal mula, Tuhan menjadikan manusia serta menyerahkan pada keputusannya sendiri.  “Asal sungguh mau engkau dapat menepati hukum, dan berlaku setiapun dapat kaupilih. Api dan air telah ditaruh oleh Tuhan dihadapanmu, kepada apa yang kaukehendaki dapat kau ulurkan tanganmu” (Sir 15:14-16). Ayat ini berisi, bahwa Allah menciptakan manusia lengkap dengan kehendak bebas. Allah tidak semata- mata langsung memberikan kehendak bebas kepada manusia. Tetapi Allah memberikannya beserta akal budi yang tidak dimiliki oleh hewan sebagai kontrol dan acuan dalam setiap mengambil keputusan.
            Mengapa Allah memberikan kehendak bebas? Bila kita harus memilih, diantara melakukan sesuatu dengan paksaan atau melakukan sesuatu dengan kesukarelaan, tentunya kita akan memilih melakukan sesuatu dengan kesukarelaan. Apabila segala sesuatu dilakukan dengan penuh kesadaran dan penghayatan, maka akan menghasilkan buah yang memuaskan. Begitu juga dengan Allah, Ia tidak mau memaksakan kehendak-Nya. Karena manusia dapat bertanya dan mencari jawaban, sehingga ia dapat membuat kemajuan serta menentukan arah hidupnya. Oleh sebab itu, Allah memeberikan kehendak bebas kepada manusia agar manusia bisa mencapai kebahagiaan  yang sempurna dengan usahanya dalam mencari jawaban atas misteri hidup yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan ilmu pasti. 
            Kehendak bebas tidak bisa terjadi secara tidak sengaja. Pada dasarnya, manusia bertindak dengan sengaja; melakukan sesuatu dengan tahu dan mau. Hal inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Karena hewan hanya bertindak sesuai dengan nalurinya. Dan kebebasan seperti apa yang diberikan Allah? Tentunya, kebebasan yang diberikan dan dikehendaki Allah adalah kebebasan yang bertanggung jawab.
            Untuk memahami bahwa Allah tahu setiap keputusan yang manusia pilih, maka kita perlu melihat kisah tentang Yudas Iskariot yang tentunya sering dibacakan dan kita dengarkan saat Hari Raya Paskah. Dari kisah tersebut, Yesus telah tahu bagaimana ia akan mati, dan Yudas akan menyerahkan-Nya. Yesus telah memperingatkannya dengan perkataan yang halus maupun perkataan yang pedas kepada para murid-Nya khususnya Yudas. Yesus membiarkan Yudas membuat keputusan dan pilihan hidupnya. Namun pada akhirnya keputusan Yudas tetap mau menyerahkan Yesus untuk diadili. Dan keputusan Yudas tepat seperti yang dikatakan dan diketahui Yesus. Dan Yesus menghormati apa yang telah dipilih Allah agar kehendak Allahlah yang terjadi dalam diri-Nya. Jadi, Allah mengetahui apa saja yang akan dipilih manusia baik itu dalam jangka waktu yang pendek ataupun panjang. Karena, jauh sebelum kita dilahirkan, Allah sudah mengukirkan nama kita di telapak tangannya lengkap dengan alur dan skenario cerita untuk kita.
            Hidup tanpa tantangan, tidak akan berkesan. Di setiap pilihan, Allah akan memberi tantangan. Itu membuktikan, bahwa Allah itu Mahakuasa. Jika dia membatasi dirinya hanya melakukan hal yang baik, Dia tidak bisa disebut Mahakuasa. Itu berarti, Dia hanya menguasai satu bagian dari alam semesta, dan ada orang lain yang lebih berkuasa daripada-Nya, yang mengawasi dan menilai tindakan- tindakan-Nya. Kalau sedemikian halnya, saya akan memilih memuja orang yang lebih berkuasa itu. Tetapi, Allah tidak seperti itu. Selain memberi pilihan- pilihan yang mudah, ia juga memberi pilihan- pilihan yang berat.
            Semua keputusan yang telah dipilih oleh manusia dihormati Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah memperhatikan dan melatih kita untuk lebih dewasa. Dan semua keputusan pastilah ada konsekuensinya, baik itu hal yang baik ataupun yang buruk. Hal ini bertujuan untuk melihat, sejauh mana kedewasaan kita dalam melihat dan menilai keputusan yang telah kita ambil. Apabila konsekuensinya benar, maka keputusan yang telah diambil itu tepat. Sebaliknya, apabila konsekuensinya buruk, maka kita perlu menimbang lagi apakah keputusan yang telah diperbuat itu benar atau salah. Jangan langsung menghakimi bahwa keputusan yang telah diperbuat itu salah. Karena yang baik itu tidak selalu benar tetapi yang benar pastilah baik.  Namun, sering kali Tuhan memberikan hal- hal yang baik dalam kemasan yang kelihatannya buruk. Untuk mengetahui seberapa kemampuan manusia dalam memaknai keputusan yang telah diambil. Tetapi, Dia akan terus mendatangkan kebaikan, dan itu merupakan rencana Tuhan bagi manusia. Maka kita perlu melihat konsekuensi dari keputusan yang telah diperbuat menurut kaca mata Allah.                      
            Dari penjelasan diatas, bukan berarti kemahakuasaan Allah itu terbatasi oleh kehendak bebas manusia. Tetapi, Allah menghormati dan menghargai usaha manusia dalam setiap mengambil keputusan. Karena, sekali Allah memberi tidak akan mencabut kembali. Maka, kita perlu membuang jauh perasaan bahwa Allah tidak adil, apabila Ia memberikan pilihan yang berat bagi kita. Karena Allah tidak akan memberi cobaan diluar kemampuan kita.
            Dengan keputusan- keputusan yang telah kita pilih maka kita perlu belajar untuk meniti jalan kedepan dengan menggunakan pengalaman dan iman sebagai dasar dalam membuat suatu keputusan. Dan diatas sana, Tuhanpun tersenyum puas, sebab inilah yang Dia kehendaki. Dia ingin setiap manusia memikul tanggung jawab atas hidupnya. Dan kita patut bersyukur karena Dia telah memberi anugerah besar kepada kita, sebagai anak- anak-Nya yaitu kemampuan untuk memilih dan menentukan tindakan- tindakan kita.